BANSER SATKORYON KAJORAN; PARA MILITER NU



Beberapa pemuda berseragam berbaris dengan cukup rapi. Mereka memakai baju loreng, baret hitam, dan bersepatu lars. Sekilas melihat seragam yang digunakan mirip dengan tentara, namun mereka bukan tentara. Mereka adalah para militer NU yang akrab dipanggil dengan BANSER yang siap melakukan tugas pengamanan terhadap kegiatan sosial keagamaan organisasi NU khususnya, bahkan siap mengamankan Indonesia.


Banser dibentuk pada tahun 1962. Tujuannya untuk memberikan pengamanan terhadap kegiatan-kegiatan partai NU dan perlindungan fisik kepada para pendukungnya. Kendati demikian, terbentuknya Banser juga mempunyai hidden agenda yaitu menyiapkan konfrontasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang pada saat itu kondisinya baru memanas. NU dan PKI pada pada awal kemerdekaan Indonesia telah menelurkan bibit-bibit intoleransi, di samping itu mereka juga mempunyai perbedaan ideologi yang tajam. Tak heran munculnya peristiwa G 30 S PKI, NU dengan Bansernya juga ikut terlibat dalam pembantaian Partai Komunis Indonesia itu. Tak kurang dari 500.000 jiwa anggota PKI dibantai oleh sesama anak bangsa bahkan tetangganya sendiri. Keterlibatan NU tak bisa dilepaskan dengan fatwa ulama NU yang menghalalkan membunuh orang-orang PKI (tidak semua Ulama NU), padahal tidak semua anggota PKI tidak se-ekstrim nama yang disandangnya. Bahkan PKI adalah salah satu partai yang paling revolusioner dalam meneriakan kata ‘Merdeka” di negeri tercinta ini. Hal itu dibuktikan dengan pemberontakan-pemberontakan yang telah dilakukan beberapa kali terhadap pemerintahan kolonial Belanda.
Mereka terdiri dari para pemuda NU yang ingin mendedikasikan untuk melindungi Ulama dan mengamankan setiap kegiatan yang berhubungan dengan organisasi itu. Bagi pemuda NU yang ingin menjadi anggota Banser disyaratkan mempunyai tinggi badan minimal 165, dan berat badan 60 kg. Namun persyaratan-persyaratan tersebut masih bisa ditawar alias persyaratan itu tidak sebuah harga mati, yang penting mereka mempunyai dedikasi tinggi untuk melindungi NU dan masyarakat dari ancaman luar.
Menjadi anggota Banser, tentu bukan bermotif ekonomi. Karena mereka bukan anggota militer yang bertugas untuk melindungi Negara Republik Indonesia dari serangan musuh. Dan mereka juga tidak di gaji seperti militer atau Polisi. Kendati demikian, dari hasil pengamanannya terhadap acara-acara NU dan acara warga yang membutuhkan, kadang mereka juga mendapat imbalan sewajarnya. Yang pasti, Mereka siap memberikan pengamanan ekstra jika dibutuhkan terhadap acara-acara yang khususnya berhubungan dengan NU misalnya pengajian, muktamar dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, mereka juga mendedikasikan untuk masyarakat luas misalnya acara-acara yang membutuhkan pengamanan ekstra ketat, Bahkan saat hari Natal, mereka tidak ketinggalan ikut mengamankan Gereja dari ancaman-ancaman luar yang suatu saat akan datang.
Meskipun tingkat disiplin militernya tidak seperti tentara Indonesia, mereka juga dibekali keahlian berkelahi untuk melindungi diri dan masyarakat. Bahkan setiap anggota Banser mempunyai ilmu kekebalan tubuh yang diisi oleh kyai-kyai mereka. Tidak sedikit dari anggotanya sebelum masuk Banser sudah mempunyai ilmu kanuragan, setelah itu mereka menggabungkan diri untuk menjadi anggota Banser. Selain itu, pada acara-acara “khataman” yaitu acara menamatkan kitab Al Qur’an atau kitab pelajaran, juga ditampilkan acara pencak silat, gambus, dan terbang, serta adu kekuatan sebagai hiburan semata. Di sela-sela muktamar NU di Tasikmalaya (1994) dan di Kediri (1999) mereka juga mempertunjukkan atraksi-atraksi kekebalan, silat, adu kekuatan dan ilmu-ilmu kanuragan lainnya.
Mereka tentu juga menyadari bahwa Banser bukan Tentara, meskipun seragam mereka mirip dengan Tentara. Jika diperhatikan baik-baik, mereka tak semua berseragam lengkap. Hal itu terbukti ada beberapa Banser yang tidak memakai sepatu, beberapa anggotanya berseragam kumal, dan tak jarang kita menemui saat baris-berbaris mereka sambil merokok dan senyum sak kerepe udele dewe (semaunya sendiri), alasan semua itu karena mereka bukan Tentara. Namun Banser siap untuk mengamankan acara kalau dibutuhkan masyarakat sewaktu-waktu, bahkan loyalitasnya tak kalah dengan polisi sekali pun. Karena tujuan terbentuknya Banser adalah pengabdian bukan karena alasan ekonomi.
Sebagian anggota Banser bekerja sebagai Satpam (security) di berbagai perusahaan atau isntitusi pendidikan, beberapa anggota lainnya berdagang, jaga toko dan pekerjaan yang bermanfaat lainnya. Karena sekali lagi alasan bergabung menjadi Banser bukan dilatarbelakangi oleh motif ekonomi. Mereka bisa mendedikasikan kepada perintah ulama dan warga masyarakat sudah menjadi prestasi yang patut dibanggakan. Tugas utama banser adalah memberikan pelayanan, keamanam ketentraman terhadap warga yang membutuhkan. Setidaknya ada tiga peran yang dimainkan oleh Banser, yaitu membantu atau bahkan menggantikan polisi dalam pengamanan, mengawal tamu dan tokoh serta mengendalikan massa.














Share on Google Plus

About wanitamuslimah.blogspot.com

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 komentar:

  1. mantap ... salam satu komando, dari rawalo banyumas

    BalasHapus